Minggu, 29 April 2012

Aktiva

Aktiva
Definisi Aktiva
Aktiva yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan sumber daya ekonomi, dimana dari sumber tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada arus kas perusahaan dimasa yang akan datang.
Aktiva menurut Henry Simamora dalam bukunya “Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis”, yaitu  :
“Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darinya manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diraih perusahan”.    ( 2000 : 12 )

Sedangkan Aktiva menurut Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim dalam bukunya “Analisis Laporan Keuangan”  bahwa :
1.      Asset adalah manfaat ekonomis yang akan diterima pada masa mendatang atau akan dikuasai oleh perusahan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian.
2.      Asset merupakan sumber ekonomi yang akan dipakai perusahaan untuk menjalankan kegiatannya.
3.      Atribut pokok suatu aktiva adalah kemampuan memberikan jasa atau manfaat pada perusahaan yang memakai aktiva tersebut.          ( 2003 : 51 )
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa aktiva adalah sumber daya ekonomi yang dimiliki perusahaan yang dapat memberikan manfaat bagi perusahaan untuk menjalankan kegiatan perusahaan.

A.    Klasifikasi Aktiva
Aktiva dapat diklasifikasikan menjadi aktiva yang memiliki wujud atau bentuk fisik dan aktiva tidak berwujud atau tidak memiliki bentuk fisik.
Menurut Arthur J Keown dan telah diterjemahkan oleh Chaerul D Djatman, dalam bukunya “Dasar-dasar Manajemen Keuangan” bahwa aktiva terdiri dari tiga kategori, yaitu  :
1.      Aktiva lancar (current assets) terdiri dari kas, surat berharga yang mudah dijual, piutang dagang, persediaan serta beban diterima dimuka.
2.      Aktiva tetap atau jangka panjang (fixed atau Long-term assets) terdiri atas peralatan, bangunan, tanah,dan
3.      Aktiva lain-lain (other assets) aktiva yang tidak termasuk dalam kelompok aktiva lancar maupun aktiva tetap perusahaan, seperti hak paten, investasi jangka panjang dalam surat berharga dan goodwill.    ( 2001 : 82 )

Berdasarkan keterangan diatas klasifikasi aktiva dapat dijelaskan sebagai berikut  :
1)      Aktiva Lancar ( current assets )
Menurut Zaki Baridwan dalam bukunya “Intermediate Accounting”, bahwa aktiva lancar adalah  :
“Uang kas dan aktiva-aktiva lain atau sumber-sumber yang diharapkan akan direalisasikan menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi selama siklus usaha yang normal dalam waktu tertentu”.    ( 1999 : 21 )
Definisi Aktiva lancar menurut Soemarso dalam bukunya “Akuntansi Suatu Pengantar II”, bahwa Aktiva lancar adalah  :
“Kas dan aktiva-aktiva lain yang dapat ditukarkan menjadi kas (uang) dalam  jangka waktu satu tahun atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan.  ( 2003 : 245 )
Dari keterangan diatas, bahwa aktiva lancar adalah aktiva yang dapat ditukarkan menjadi uang kas dan dapat dijual dalam jangka waktu satu tahun dalam kegiatan normal perusahan.
2)      Aktiva Tetap ( fixed assets )
Aktiva tetap menurut “Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16)”, bahwa aktiva tetap adalah  :
“Aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”.  ( 2004 : 16.2 )

  
Sedangkan menurut Haryono Yusuf dalam bukunya “Dasar-dasar Akuntansi Keuangan”, bahwa
“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan”.  ( 2001 : 153 )


    Berdasarkan uraian diatas aktiva tetap merupakan aktiva berwujud yang dimiliki oleh perusahaan sebagai sarana dalam melaksanakan kegiatan operasional perusahaan dan dimiliki dengan maksud tidak untuk dijual, karena digunakan dalam rangka kegiatan normal perusahaan.
3)      Aktiva lain-lain ( other asset )
Aktiva lain-lain menurut “Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 16)” adalah sebagai berikut :
“Pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam aktiva tetap dan tidak dapat digolongkan dalam aktiva lancar, investasi atau penyertaan maupun aktiva tak berwujud, seperti aktiva tetap yang tidak digunakan, piutang kepada pemegang saham, beban yang ditangguhkan dan aktiva lancar lainnya, disajikan dalam kelompok aktiva lain-lain”. 
 ( 2004 : 18 )

Berdasarkan keterangan diatas bahwa yang disebut sebagai aktiva lain-lain adalah semua harta yang tidak dapat dikelompokan kedalam aktiva lancar maupun aktiva tetap.

B. Klasifikasi aktiva Tetap

Aktiva tetap dapat diklasifikasikan menjadi  :
a.       Aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets)
Menurut Mulyadi dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Keuangan”, bahwa   :
“Aktiva tetap berwujud adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomi lebih dari satu tahun dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan bukan untuk dijual kembali”.  ( 2002 : 591 )
Sedangkan aktiva tetap menurut Haryono Yusuf dalam bukunya “Dasar-dasar Akuntansi”, yaitu  :
“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan”.  ( 2001 : 153 )
Berdasarkan keterangan diatas aktiva tetap berwujud adalah aktiva yang dapat dirasakan oleh panca indera atau berbentuk fisik, mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan dimiliki oleh perusahaan bukan untuk dijual melainkan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan.

Menurut Kusnadi dalam bukunya “Akuntansi Keuangan Menengah”, (2000 : 7), bahwa aktiva tetap berwujud dapat berupa  :
a.       Tanah, yaitu tanah yang dimiliki perusahaan dan dipergunakan untuk menunjang operasi perusahaan serta tidak untuk diperjualbelikan. Tanah tidak disusutkan sebab umur kegunaannya tidak terbatas.
b.      Gedung, yaitu gedung yang dimiliki perusahaan dan dipergunakan untuk menunjang operasi perusahaan serta tidak diperjualbelikan.
c.       Mesin-mesin, yaitu mesin-mesin yang dimiliki dan merupakan alat utama perusahaan dalam menjalankan proses produksi.
d.      Kendaraan, yaitu semua wahana atau alat pengangkut yang dimiliki perusahaan.
e.       Peralatan kantor adalah peralatan yang dimiliki perusahaan dan digunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan administrasi perusahaan.
f.       Alat pembantu, yaitu peralatan yang dimiliki dan dipergunakan oleh perusahaan untuk memperbaiki atau mereparasi aktiva-aktiva tetap lainnya
Penyusutan yang terjadi pada aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets) dinamakan depresiasi.
2.      Aktiva tetap tak berwujud (intangible fixed assets), yaitu  :
Aktiva tetap tak berwujud menurut Haryono Yusuf  dalam bukunya “Dasar-dasar Akuntansi”, bahwa  :
“Aktiva tak berwujud adalah hak, hak istimewa, dan keuntungan kompetitif yang timbul dari pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak memiliki ujud fisik tertentu”.              ( 2001 : 207 )

Sedangkan menurut Kusnadi dalam bukunya “Akuntansi Keuangan Menengah (Prinsip, Prosedur dan Metode)”, bahwa aktiva tetap tak berwujud dapat berupa  :
“Hak cipta (copy right), Hak paten (patent), Hak tanda pengenal (trade mark), Good will, Beban pendirian organisasi (organization cost)”.  ( 2000 : 8 )

Berdasarkan keterangan diatas aktiva tetap tak berwujud adalah aktiva yang tidak dapat dirasakan oleh panca indera atau tidak mempunyai bentuk fisik. Pada umumnya aktiva tetap tidak berwujud merupakan hak-hak yang dimiliki perusahaan yang dapat digunakan lebih dari satu tahun.

Menurut Kusnadi dalam bukunya “Akuntansi Keuangan menengah”, (2000 : 8), bahwa aktiva tetap tak berwujud dapat berupa  :
a.       Hak cipta (copy right), yaitu hak yang diberikan oleh pemerintah kepada pencipta suatu karangan atau suatu masalah. Pemegang hak ini memperoleh jaminan berupa perlindungan hukum dari setiap pemalsuan dan peniruan.
b.      Hak paten (patent), yaitu hak yang diberikan oleh pemerintah kepada penemu atau pemilik dari suatu pembuatan produk atau penggunaan suatu metode atau proses baru. Hak ini mendapatkan perlindungan hukum.
c.       Hak tanda pengenal (trade mark), yaitu hak yang diberikan oleh pemerintah kepada pengusaha atau perusahaan untuk menggunakan tanda pengenal barang yang mendapatkan perlindungan hukum dari setiap pemalsuan.
d.      Good will, yaitu keistimewaan yang dimiliki oleh sutau perusahan yang tidak dimiliki oleh  perusahaan lain. Keistimewaan ini disebabkan karena lokasi perusahaan yang cukup strategis, letak perusahaan yang cukup baik dan keistimewaan lainnya.
e.       Beban pendirian organisasi (organization cost), yaitu beban yang dikeluarkan dalam rangka mendirikan suatu organisasi.
Dalam aktiva tetap tak berwujud juga dilakukan penyusutan, penyusutan yang terjadi pada aktiva tetap tidak berwujud dinamakan amortisasi.




C.   Klasifikasi Aktiva pada PT. KAI (Persero) Bandung
Sedangkan kekayaan (asset) yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung adalah sebagai berikut  :
  1. Aktiva Lancar
Aktiva lancar merupakan aktiva perusahaan yang hanya satu kali terpakai dalam proses produksi.
  1. Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan aktiva perusahaan yang tidak terpakai habis dalam satu kali proses produksi.
  1. Aktiva Lain-lain
Aktiva lain-lain adalah aktiva yang tidak termasuk dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap.
  1. Aktiva Administratif
Sumber : PT. KAI (Persero) Bandung

Aktiva tetap merupakan aktiva terbesar yang dimiliki oleh PT. KAI (Persero) Bandung. Aktiva tetap merupakan salah satu unsur pokok  yang harus dimiliki perusahaan jasa, tanpa adanya aktiva tetap tidak akan ada aktivitas yang dapat dilakukan oleh perusahaan, oleh karena itu aktiva tetap dalam perusahaan jasa berfungsi sebagai earning asset.
Aktiva tetap yang dimiliki PT. KAI (Persero) terdiri dari  :
1.      Sarana gerak meliputi  :
Lok diesel, kereta rel diesel, kereta rel listrik, kereta penumpang, dan gerbong.
2.      Prasarana meliputi  :
Instalasi telekomunikasi, instalasi listrik, instalasi air dan minyak, gedung dinas, rumah dinas.
3.   Fasilitas meliputi  :
Kendaraan bermotor, barang inventaris, mesin dan peralatan, instalasi yang bergerak.
Sumber  : PT. KAI (Persero)

2.1.2   Pengakuan atas Aktiva
A.   Pengakuan Aktiva
Aktiva didefinisikan sebagai sumber daya yang mempunyai potensi memberikan manfaat ekonomis pada perusahaan pada masa-masa mendatang. Sumberdaya yang mampu menghasilkan aliran kas masuk (cash flow) atau kemampuan mengurangi kas keluar (cash outflow) dapat disebut sebagai aktiva.
Menurut Mamduh M Hanafi dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan”, bahwa sumber daya tersebut dapat diakui (recognized) sebagai aktiva apabila  :
1.      Perusahaan memperoleh hak penggunaan aktiva tersebut sebagai hasil transaksi atau pertukaran pada masa lalu.
2.      Manfaat ekonomis masa mendatang dapat diukur, dikuantifikasikan dengan tingkat ketepatan yang memadai (reasonable).       ( 2003 : 13 )
Apabila ada sumberdaya yang tidak memenuhi kedua persyaratan di atas, maka sumberdaya tersebut tidak dapat digolongkan sebagai aktiva, walaupun sumberdaya tersebut mampu menghasilkan manfaat ekonomis pada masa mendatang.
B.     Pengakuan Aktiva lancar
Menurut Abdul Halim dalam bukunya “Akuntansi Keuangan Daerah”, bahwa aktiva dapat diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, jika memenuhi kriteria sebagai berikut  :
a.      Diperkirakan akan terealisasi atau dimiliki untuk digunakan dalam jangka waktu siklus operasi anggaran daerah
b.      Dimiliki khususnya untuk tujuan operasi jangka waktu pendek, dan diharapkan direalisasikan dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal pelaporan, atau
c.       Aktiva kas atau setara kas.  ( 2002 : 77 )
Berdasarkan keterangan diatas, maka yang dimaksud sebagai aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva-aktiva atau sumber-sumber lain yang diharapkan akan direalisasikan menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi dalam satu tahun atau  dalam satu siklus normal perusahaan.

C.    Pengakuan Aktiva Tetap

Menurut “Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 16)”, bahwa suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokan sebagai aktiva tetap bila  :
a.      Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan; dan
b.      Biaya perolehan aktiva dapat diakui secara andal. ( 2004 : 15 )
Berdasarkan uraian diatas bahwa suatu aktiva dapat dikatakan sebagai aktiva tetap, bila aktiva tersebut dapat memberikan manfaat ekonomis bagi perusahaan pada waktu tertentu.

2.1.3    Penyusutan Aktiva
Nilai perolehan aktiva khususnya aktiva tetap akan semakin menurun dari waktu ke waktu, oleh karena itu suatu aktiva perlu diadakan penyusutan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 17), bahwa penyusutan adalah  :
“Alokasi secara sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat”     ( 2004 : 5 )

A.    Penyusutan Aktiva
Sesuai dengan aktiva yang akan disusutkan, maka istilah yang digunakan berbeda-beda. Berikut ini adalah penjelasan
1)      Depresiasi
Depresiasi menurut Zaki Baridwan dalam bukunya Intermediate Accounting”, bahwa  :
“Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode tertentu.”   ( 1999 : 307 )


Sedangkan Depresiasi menurut Haryono Jusuf dalam bukunya “Dasar-dasar Akuntansi”, yaitu  :
“Depresiasi adalah proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistematis”.  ( 2001 : 162 )
Dari keterangan diatas jelas bahwa akuntansi depresiasi bukanlah suatu proses penilaian aktiva atau prosedur pengumpulan dana untuk mengganti aktiva, tetapi adalah suatu metode untuk mengalokasikan harga perolehan aktiva tetap ke periode-periode akuntansi.
2)      Deplesi
Definisi Deplesi menurut Zaki Baridwan dalam bukunya Intermediate Accounting”, bahwa deplesi adalah :
“Berkurangnya harga perolehan (cost) atau nilai sumber-sumber alam seperti tambang dan hutan kayu yang disebabkan oleh perubahan-perubahan (pengolahan) sumber-sumber alam tersebut sehingga menjadi persediaan”.  ( 1999 : 324 )

Sedangkan menurut Haryono Jusuf dalam bukunya “Dasar-dasar Akuntansi”, dikatakan bahwa  :
“Deplesi adalah penghapusan harga perolehan sumber alam secara sistematis”.  ( 2001 : 205 )

Berdasarkan keterangan diatas deplesi adalah berkurangnya harga perolehan aktiva tetap berwujud yang tidak dapat diganti, seperti sumber-sumber alam.
3)      Amortisasi.
Menurut Henry Simamora dalam bukunya “Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis”, adalah sebagai berikut  :
“Alokasi sistematis biaya perolehan aktiva tak wujud selama masa manfaatnya”.  ( 2002 : 323 )
Amortisasi adalah istilah yang digunakan untuk menghapus aktiva tak berwujud. Berbeda dengan aktiva tetap, amortisasi aktiva tak berwujud hanya mengenal satu metode, yaitu metode garis lurus.

B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusutan
Menurut Haryono Jusuf dalam bukunya ”Dasar-dasar akuntansi”, bahwa besarnya penyusutan didasarkan pada tiga faktor berikut  :
1.      Harga perolehan,
2.      Nilai sisa (residu), dan
3.      Masa manfaat (umur aktiva).  ( 2001 : 164 )

Berikut ini adalah penjelasan dari Zaki Baridwan dalam bukunya “Intermediate Accounting”, mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan. Tiga faktor itu adalah sebagai berikut  :
a.      Harga perolehan, yaitu uang yang dikeluarkan atau hutang yang timbul dan biaya-biaya lain yang terjadi dalam memperoleh suatu aktiva.
b.      Nilai sisa (residu) adalah jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual atau menukarkannya.
c.       Taksiran umur kegunan, hal ini dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijaksanaan yang dianut dalam reparasi perusahaan.  ( 1999 : 309 )

Berdasarkan keterangan dan penjelasan diatas, bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi penyusutan, yang terdiri dari harga perolehan, nilai residu dan taksiran umur aktiva.
Dua faktor yang menyebabkan depresiasi, yaitu  :
1.      Faktor fisik
Yang mengurangi fungsi aktiva tetap adalah aus karena terpakai, aus karena umur dan kerusakan-kerusakan lainnya.
2.      Faktor fungsional,
Yaitu faktor yang membatasi umur aktiva tetap antara lain ketidakmampuan aktiva tetap untuk memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti dan karena adanya perubahan permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan atau karena adanya kemajuan teknologi sehingga aktiva tersebut tidak ekonimis lagi jika dipakai.

C.    Metode-metode Depresiasi

Ada beberapa metode yang digunakan untuk menghitung beban depresiasi, seperti yang dikemukankan dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK. 17), bahwa penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokan menurut kriteria berikut  :
a.      Berdasarkan waktu
i.        metode garis lurus
ii.      metode pembebanan yang menurun
-          metode jumlah angka tahun
-          metode saldo menurun/saldo menurun ganda
b.      Berdasarkan penggunaan
i.    metode jam jasa
ii.   metode jumlah unit produksi

c.       Berdasarkan kriteria lainnya
i.    metode berdasarkan jenis dan kelompok
ii.   metode anuitas
iii.     sistem persediaan          ( 2004 : 3 )
               Sedangkan menurut Haryono Jusuf dalam bukunya “Dasar-dasar Akuntansi”, bahwa depresiasi dapat dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut  :
1.  Metode garis lurus,
2.  Metode saldo menurun,
3.  Metode jumlah angka tahun, dan
4.  Metode satuan angka kerja.         ( 2001 : 163 )

Berikut ini adalah penjelasan dari keterangan di atas mengenai metode-metode depresiasi. Metode-metode penyusutan tersebut adalah sebagai berikut  :
1.      Metode garis lurus (straight-line method)
Metode garis lurus, biaya penyusutan dialokasikan berdasarkan berlalunya waktu, dalam jumlah yang sama, sepanjang masa manfaat aktiva.

2.      Metode unit produksi
Dalam metode unit produksi taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang dapat dihasilkan. Kapasitas produksi itu sendiri dapat dinyatakan dalam bentuk unit produksi, jam pemakaian dan lain-lain.




3.      Metode saldo menurun (declining balance method)
Dalam metode saldo menurun, biaya penyusutan akan semakin menurun dari tahun ke tahun. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa semakin tua, kapasitas aktiva tetap dalam memberikan jasanya juga akan semakin menurun.


       T = 1 - √ S : C
                                             T = Tarif
                                             C = Cost (harga perolehan)
               S = Salvage (nilai residu)
               n = Umur ekonomis

4.      Metode jumlah angka tahun

       Tarif penyusutan  x  ( harga perolehan – nilai residu )

Jumlah penyusutan akan semakin menurun dari tahun-ketahun.
                                               
            Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban depresiasi. Untuk memilih salah satu metode hendaklah dipertimbangkan keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva tersebut.


D.   Penyusutan Aktiva Tetap pada PT. KAI (persero)

Penyusutan aktiva tetap  adalah alokasi sistematis dan rasional atas harga perolehan aktiva tetap sepanjang umur ekonomis yang menikmati manfaat aktiva tetap yang bersangkutan. Besarnya biaya penyusutan per tahun untuk setiap jenis aktiva tetap tergantung pada nilai perolehan dan umur ekonomis aktiva tetap yang bersangkutan.
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dalam hal kebijakan penyusutan aktiva tetap menganut metode penyusutan Garis lurus (straight-line method) dan sekaligus penetapan umur ekonomis setiap golongan aktiva tetap yang diatur dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan dan Menteri Perhubungan No. KM 96/LD.302?PLL 79 dan No. 127/KM.07/1979 yaitu dengan ditetapkannya persentase untuk setiap golongan aktiva tetap dari nilai perolehannya, kecuali  :
1.      Tanah dan aktiva tetap dalam proses yang tidak disusutkan, dan
2.      Aktiva tetap yang telah habis masa manfaatnya tetapi masih digunakan dalam operasi perusahaan karena tidak perlu diusutkan lagi.
Adapun tarif penyusutan aktiva tetap PT. KAI (Persero) yang ditetapkan dengan menggunakan metode Garis lurus  (straight-line method) adalah sebagai berikut  :

Tabel 2.1
Tarif Penyusutan Aktiva Tetap PT. KAI (Persero)

No
Kelompok Aktiva Tetap
Umur Ekonomis
(Tahun)
Tarif Penyusutan
(%)
I
Sarana Gerak
1.      Lokomotif listrik
2.      Lokomotif diesel
3.      Kereta rel listrik
4.      Kereta rel diesel
5.      Kereta penumpang
6.      Gerbong

25
25
25
25
40
40

4,0
4,0
4,0
4,0
2,5
2,5
II
Prasarana
1.      Instalasi telekomunikasi
2.      Instalasi listrik
3.      Instalasi air & minyak
4.      Gedung dinas
5.      Rumah dinas
6.    Kelengkapan pelabuhan

20
20
20
40
40
20

5,0
5,0
5,0
2,5
2,5
5,0
III
Fasilitas
1.      Kendaraan bermotor
2.      Barang inventaris
3.      Mesin dan peralatan
4.      Instalasi bergerak

5
10
10
10


20
10
10
10
   Sumber : PT. KAI (Persero) Bandung

2.2      Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih dan di analisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil.
Seperti yang dikemukakan oleh Munawir dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan”, yaitu  :
“Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan, kedua daftar itu adalah daftar Neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar Laba rugi”. 
( 2000 : 5 )
Sedangkan menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti dalam bukunya “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”, yaitu  :
“Suatu daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode, daftar yang dimaksud adalah daftar neraca dan daftar laba rugi”. ( 2004 : 65 )

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan suatu perusahaan ditunjukan oleh Neraca yang mencerminkan nilai aktiva, hutang, modal dan laporan laba rugi. Laporan keuangan juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data perusahaan dan menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan.

2.2.1        Tujuan Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang sangat penting sehingga dapat diketahui tujuan dari laporan keuangan. Seperti yang dikemukakan oleh Ahmed Belkaoui dalam bukunya “Accounting Theory”, bahwa tujuan laporan keuangan terdiri dari  :
1.      Tujuan Khusus
2.      Tujuan Umum, dan
3.      Tujuan Kualitatif  ( 2000 : 126 )
Adapun penjelasannya dalah sebagai berikut  :
1.      Tujuan Khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan.
2.      Tujuan Umum laporan keuangan adalah sebagai berikut  :
a.       Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis.
b.      Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan sumber daya bersih sehingga hasil dari aktivitas-aktivitas perusahaan yang menghasilkan profit.
c.       Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi earning potensial perusahaan.
d.      Menyediakan informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan sumber daya ekonomi dan kewajiban.
e.       Mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan pemakai.
3.      Tujuan Kualitatif akuntansi keuangan adalah sebagai berikut  :
a.       Relevan
b.      Dapat dipahami
c.       Dapat diuji kebenarannya
d.      Netral
e.       Tepat waktu
f.       Dapat diperbandingkan, dan
g.      Kelengkapan

2.2.2        Sifat Laporan Keuangan

Analisa laporan keuangan memiliki sifat-sifat  :
1.    Fokus laporan keuangan adalah laporan laba rugi, Neraca, Arus kas yang merupakan akumulasi transaksi dari kejadian historis dan penyebab terjadinya dalam suatu perusahaan.
2.      Prediksi, analisa harus mengkaji implikasi kejadian yang sudah berlalu terhadap dampak dan prospek perkembangan keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.
3.    Dasar analisa adalah laporan keuangan yang memiliki sifat dan prinsip tersendiri sehingga hasil analisa sangat tergantung pada kualitas laporan ini.

2.2.3        Klasifikasi laporan Keuangan

Laporan keuangan terdiri dari laporan pokok dan laporan pendukung, seperti yang dikemukakan oleh Mamduh M Hanafi dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan”, bahwa laporan keuangan terdiri dari  :
1.      Laporan Neraca
2.      Laporan Laba rugi
3.      Laporan Arus kas
4.      Laporan Laba yang ditahan, dan
5.      Laporan Perubahan modal    ( 2003 : 57 )

Berikut ini adalah penjelasan dari keterangan diatas yang dikemukakan oleh Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya “Analisa Kritis atas Laporan Keuangan”, yaitu  :
1.      Laporan Neraca
Laporan ini menggambarkan posisis aktiva, kewajiban dan modal pada saat tertentu.
2.      Laporan Laba rugi
Laporan ini menggambarkan jumlah hasil, biaya dan laba rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.
3.      Laporan Arus kas
Menggambarkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode tertentu.
4.      Laporan Laba ditahan
Menghasilkan posisis laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham.
5.      Laporan Perubahan modal
Menjelaskan perubahan posisi modal, baik saham dalam PT ataupun modal dalam perusahaan Perseroan.

Dalam penelitian ini penulis menggunalan laporan Neraca dan laporan Laba rugi sebagai sumber datanya, sehingga penulis hanya menjelaskan komposisi laporan Neraca dan Laba rugi saja. Berikut ini Munawir menjelaskan dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan”, ( 2000 : 13 )yaitu  :
1.      Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Isi laporan Neraca adalah  :
a.       Aktiva adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi perusahaan.
b.      Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor.
c.       Modal merupakan hak/bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditujukan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.
2.      Laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang pendapatan, biaya, laba rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Isi laporan laba rugi adalah  :
a.       Pendapatan adalah aset masuk, aset yang naik nilainya/hutang yang semakin berkurang atau kombinasi ketiga hal dimuka selama periode tertentu.
b.      Biaya adalah arus keluar aktiva, penggunaan aktiva/munculnya kewajiban selama suatu periode tertentu.
c.       Laba adalah kenaikan modal saham dari transaksi yang bersifat insidential dan bukan merupakan kegiatan pokok perusahaan dan dari transaksi lainnya yang mempengaruhi perusahaan.
d.      Rugi adalah penurunan modal saham dari transaksi yang bersifat insidential dan bukan merupakan kegiatan pokok perusahaan.

2.3      Rasio Keuangan

Rasio menurut Munawir dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan”, yaitu  :
“Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain”.   ( 2000 : 64 )
Menurut Mamduh M Hanafi dalam bukunya “Analisis Laporan Keuangan”, bahwa analisis laporan keuangan dapat dikelompokan kedalam 5 (lima) macam kategori, yaitu  :
1.      Rasio Likuiditas
2.      Rasio Aktivitas
3.      Rasio Solvabilitas
4.      RasioProfitabilitas/ Rentabilitas, dan
5.      Rasio Pasar      ( 2003 : 75 )

Berdasarkan keterangan diatas rasio keuangan dapat dikelompokan menjadi 5 kelompok, yaitu  :
1.      Rasio Likuiditas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, terdiri dari  :
a. Cash ratio
b.Quick ratio
c. Current ratio
2.      Rasio Aktivitas
Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas tertentu, terdiri dari  :
            a. Rasio Rata-rata umur piutang
            b.Rasio Perputaran persediaan
            c. Rasio Perputaran aktiva tetap
           d.  Rasio Perputaran total aktiva

3.      Rasio Solvabilitas
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya, terdiri dari  :
a. Total hutang terhadap total aset
b.Times Interest Earned
c. Fixed charged coverage
4.      Rasio Profitabilitas/ Rentabilitas
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, terdiri dari  :
a.Net Profit margin
b.Rentabilitas ekonomi (Return on assets)
c. Rentabilitas modal sendiri (Return on equity)
5.      Rasio Pasar
Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relative terhadap nilai buku perusahaan, terdiri dari  :
a. PER
b.Dividend yield
c. Pembayaran dividen
Berdasarkan judul skripsi, maka rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio aktivitas khususnya rasio perputaran total aktiva ( Total assets turnover ) dan rasio profitabilitas khususnya rasio rentabilitas ekonomi ( Return on assets ).

2.3.1        Perputaran Total Aktiva ( Total Asset Turnover )
Perputaran total aktiva merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi (operating assets) terhadap jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Perputaran total aktiva merupakan ukuran tentang sampai seberapa jauh aktiva ini telah dipergunakan didalam kegiatan perusahaan atau menunjukan berapa kali operating assets  berputar dalam suatu periode tertentu. Berikut ini adalah definisi perputaran total aktiva menurut beberapa sumber, yaitu sebagai berikut  :
Menurut Agnes Sawir dalam bukunya “Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan”, bahwa perputaran total aktiva adalah  :
“Kecepatan berputarnya total assets dalam suatu periode tertentu”  ( 2003 : 19 )

Menurut Mamduh M Hanafi dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan”, Perputaran total aktiva yaitu  :
“Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan efektivitas penggunaan total aktiva”.   ( 2003 : 81 )
Sedangkan menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti dalam bukunya “Dasar-dasar Manajemen Keuangan” adalah  “
“Rasio ini mengukur seberapa banyak penjualan bisa diciptakan dari setiap rupiah aktiva yang dimiliki”    ( 2004 : 75 )
Berdasarkan keterangan diatas, maka yang dimaksud dengan perputaran total aktiva adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan berdasarkan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi perputaran totak aktiva berarti semakin efektif penggunaan aktiva tersebut.
A.   Perputaran Dana dalam Investasi Aktiva
Dana yang ditanamkan dalam aktiva mengalami proses perputaran. Harapan perusahaan mengadakan investasi dalam bentuk aktiva adalah bahwa perusahaan akan dapat memperoleh kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva tersebut.

Perputaran dana yang tertanam pada aktiva tetap berbeda dengan dana yang tertanam pada aktiva lancar. Investasi dalam aktiva lancar diharapkan akan dapat diterima kembali dalam waktu dekat dan secara sekaligus, sedangkan investasi pada aktiva tetap dana tertanam didalamnya akan diterima kembali keseluruhannya oleh perusahaan dalam waktu beberapa tahun dan kembalinya secara berangsur-angsur melalui depresiasi.

Dari defenisi diatas bahwa akuntansi depresiasi bukanlah suatu proses penilaian aktiva atau prosedur pengumpulan dana untuk mengganti aktiva, tetapi adalah suatu metode untuk mengalokasikan harga perolehan aktiva tetap ke periode-periode akuntansi.

B.     Investasi Aktiva Tetap pada PT. KAI (Persero)
Dari sekian banyak aktiva tetap yang dimiliki PT. KAI (Persero) yang secara langsung dapat memberikan kontribusi terhadap perolehan laba melalui pendapatan hanya gedung, lokomotif, rel Kereta, gerbong dan instalasi. Pelaksanaan investasi dalam aktiva tetap tersebut dibiayai oleh perusahaan sendiri dan dananya berasal dari laba perusahaan dan sebagian dari pinjaman.
Sumber : PT. KAI (Persero) Bandung

Close