Senin, 07 Mei 2012

Penjelasan Istilah dalam Akuntansi

1. TRANSAKSI
Transaksi usaha adalah kejadian yang dapat mempengaruhi posisi keuangan dari  suatu  badan  usaha  dan  juga  sebagai  hal  yang  handal/wajar  untuk  dicatat.3
Transaksi ini biasanya dibuktikan dengan adanya dokumen.
Sebagai contoh transaksi yang dapat terjadi dalam suatu perusahaan adalah: pembayaran  rekening  telepon  bulanan,  pembelian  barang  dagangan  secara  kredit, pembelian tanah dan gedung, dan lain sebagainya.
Suatu  transaksi  tertentu  dapat  menimbulkan  peristiwa  atau  keadaan  yang mengakibatkan transaksi lainnya. Misalnya, pembelian barang dagangan secara kredit akan disusul dengan transaksi lainnya, yaitu pembayaran kepada kreditor.

2. PEMBUATAN BUKTI ASLI.
Sebagaimana  disebutkan  diatas  transaksi  yang  terjadi  biasanya  dibuktikan dengan   adanya   dokumen.   Suatu   transaksi   baru   dikatakan   sah   atau   benar   bila didukung  oleh  bukti-  bukti  yang  sah,  akan  tetapi  harus  pula  disadari  bahwa  ada transaksi-transaksi  yang  tidak  mempunyai  bukti  secara  tertulis,  misalnya  pencurian barang dagangan. Transaksi ini merupakan transaksi yang bersifat luar biasa.
Semua  transaksi  baik  yang  terjadi  secara  rutin  atau  tidak  merupakan  bahan untuk menyusun laporan keuangan dengan jalan mencatat dan mengolah transaksi itu lebih lanjut.
Bukti-bukti   asli   yang   dapat   mendukung   setiap   terjadinya   transaksinya transaksi antara lain : kwitansi, faktur dan bentuk – bentuk lain.4
 Kwitansi
Kwitansi   merupakan   bukti   bahwa   seseorang   atau   badan   hukum   telah menerima sejumlah uang tunai.
 Faktur Penjualan atau Pembelian
Setiap penjualan secara kredit memerlukan bukti yang disebut faktur. Bagi si penjual  faktur  tersebut  merupakan  faktur  penjualan  sebaliknya  faktur  yang dikirimkan kepada sipembeli merupakan faktur pembelian.
 Bukti-bukti lain
Disamping  kwitansi  dan  faktur  terdapat  bukti  lain,  misalnya:  nota-nota  dari Bank (nota debet atau nota kredit) , serta bukti pengirirnan atau penerimaan barang

3. PENCATATAN DALAM BUKU HARIAN (JURNAL).

Transaksi  dicatat  pertama  kali  yang  disebut  Buku  Harian  (Jurnal).  Jurnal adalah suatu catatan kronologis dari transaksi entitas.5
Sebagaimana   di   tunjukkan   oleh   nama-nma   kolom,   jurnal   memberikan informasi berikut:
 Tanggal,  merupakan  hal  yang  sangat  penting  karena  memungkinkan  kapan terjadinya transaksi
 Nama perkiraan.
 Kolom debet, menunjukkan jumlah yang didebet
 Kolom kredit, menunjukkan jumlah yang dikredit.

Proses pencatatan mengikuti lima langkah berikut ini:
a)   Mengidentifikasikan  transaksi  dari  dokumen  sumbernya,  misalnya  dari  slip deposito bank, penerimaan penjualan dan cek.
b)   Menentukan  setiap  perkiraan  yang  dipengaruhi  oleh  transaksi  tersebut  dan mengklasifikasikan berdasarkan jenisnya (aktiva, kewajiban atau modal).
c)   Menetapkan  apakah  setiap  perkiraan  tersebut  mengalami  penambahan  atau pengurangan yang disebabkan oleh transaksi itu.
d)   Menetapkan apakah harus mendebet atau mengkredit perkiraan. e)   Memasukkan transaksi tersebut kedalam jurnal.

4. PENCATATAN BUKU BESAR DAN BUKU TAMBAHAN. a. Buku Besar (Ledger)
Untuk memudahkan menyusun informasi yang akan diberikan kepada pihak- pihak       yang   memerlukannya   terutama   pimpinan   perusahaan   rnaka   perkiraan- perkiraan  yang  sudah  dihimpun  didalam  buku  harian  tersebut  harus  pula  dipisah- pisahkan  atau  digolongkan  menurut  jenisnya.  Menggolongkan  perkiraan  menurut jenis  perkiraan  tersebut  dinamakan  menyusun  buku  besar  besar  itu  merupakan
penggolongan perkiraan menurut jenisnya.
Jumlah buku besar yang dimiliki perusahaan tergantung pada banyaknya jenis perkiraan  yang  ditimbulkan  oleh  transaksi-transaksi  perusahaan  tersebut,  karena masing-masing jenis besarnya sendiri- sendiri.
Judul  kolom  yang  mengidentifikasikan  perkiraan  buku  besar  menampilkan: Tanggal, Kolom item, Kolom debet, berisi jumlah yang didebet, dan Kolom kredit, berisi jumlah yang dikredit.
Pemindah bukuan perkiraan memiliki buku berarti memindahkan jumlah dari jurnal   kedalam   perkiraan   yang   sesuai   dalam   buku   besar.   Debet   dalam   jurnal dipindahkan sebagai debet dibuku besar, dan kredit dalam jurnal dipindahkan sebagai kredit   dalam   buku   besar

b. Buku Tambahan (Sub Ledger)
Beberapa       perkiraan    memerlukan     penjelasan     secara    terperinci     untuk mendukung  pas-pas  Neraca  dan  Perhitungan  Laba-Rugi.  Pada  perkiraan  piutang
   diperlukan  penjelasan  kepada  siapa  kita  berpiutang  (nama  langganan)  dan  berapa saldo masing-masing langganan. Pada perkiraan hutang diperlukan penjelasan kepada siapa kita berhutang (nama kreditur) dan berapa saldo masing-masing kreditur.
Untuk   mengetahui   perubahan   saldo   dari   tiap-tiap   langganan/   kreditur dibukalah  perkiraan  untuk  tiap  langganan/kreditur.  Kumpulan  yang  dari  terpisah perkiraan  ini  disebut  buku  besar  tambahan  (buku  tambahan)  .  Perkiraan  masing-masing   langganan   yang   membentuk   buku   besar   tambahan   disebut   buku   besar langganan  (buku  besar  piutang).  Demikian  juga  perkiraan  masing-masing  kreditor yang  membentuk  buku  besar  tambahan  disebut  buku  besar  kreditor  (buku  besar hutang).
Perkiraan piutang dalam buku besar umum merupakan ikhtisar dari perkiraan-
perkiraan  buku  besar  tambahan,  sehingga  perkiraan  piutang  itu  disebut  perkiraan kontrol (Controlling accounts) yang mengontrol buku besar piutang. Demikian juga halnya dengan perkiraan hutang.
Sumber  pencatatan  buku  tambahan  adalah  dari  buku  controlling  (perincian) piutang dan hutang tahun lalu dan transaksi, sehingga apabila digambarkan tampak seperti yang terdapat pada gambar 3.

 5. NERACA LAJUR
Setelah seluruh transaksi selama periode dibukukan di buku besar, dihitung. Setiap  saldo  masing-masing  perkiraan  dapat  perkiraan  akan  memiliki  saldo  debet, kredit, atau nol. Neraca saldo adalah suatu daftar dari saldo-saldo perkiraan ini, dan karenanya  menunjukkan  apakah  total  debet  sama  dengan  total  kredit.  Jadi  suatu neraca saldo merupakan suatu alat untuk mengecek atas kecermatan pencatatan dan pembukuan.
.
 Dalam neraca saldo terdapat hampir semua perkiraan pendapatan dan beban perusahaan. Dikatakan hampir semua, karena masih ada pendapatan dan beban yang mempunyai  pengaruh  lebih  dari  satu  periode  akuntansi.  Itulah  sebabnya  neraca  ini disebut  dengan  neraca  saldo  yang  belum  disesuaikan.  Untuk  itu  diperlukan  jurnal penyesuaian.
Jurnal penyesuaian adalah ayat jurnal yang dibuat pada akhir periode untuk menempatkan pendapatan pada periode dimana pendapatan tersebut dihasilkan dan beban pada periode dimana beban itu terjadi.

Jurnal  penyesuaian  akan  membuat  pengukuran  laba  periode  tersebut  lebih akurat dan memperbaharui perkiraan Aktiva dan Kewajiban sehingga memiliki nilai sisa yang tepat bagi laporan keuangan. Dengan kata lain, melalui jurnal penyesuaian dapat ditimbulkan perkiraan yang tidak kelihatan.

Perkiraan-perkiraan yang memerlukan penyesuaian antara lain ialah:
1. Biaya-biaya yang masih harus dibayar
2. Pendapatan yang masih harus diterirna
3. Biaya-biaya yang dibayar lebih dahulu
4. Pendapatan yang diterima lebih dahulu
5. Penyusutan bangunan, mesin-mesin dan lain-lain
6. Pemakaian perlengkapan (office supplies dan store supplies)
7. Kemungkinan piutang tidak dapat tertagih
8. Persediaan Barang dagangan.8

Untuk mencatat pendapatan jasa diterima dimuka yang dapat diakui
Sebagai pendapatan.

ILUSTRASI FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

PEMERINTAH PUSAT







No
Uraian
2010
2009

Anggaran
Realisasi
Presentase
Realisasi

1
PENDAPATAN
500
520

475

2
PENDAPATAN PERPAJAKAN





3
Pendapatan Pajak Penghasilan
200
225
xx
175

4
Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah
450
400
xx
400

5






6
Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan
250
225
xx
200

7
Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
200
210
xx
175

8
Pendapatan Cukai
250
225
xx
200

9
Pendapatan Bea Masuk
150
100
xx
125

10
Pendapatan Pajak Ekspor
200
175
xx
180

11
Pendapatan Pajak Lainnya
175
150
xx
150

12
Jumlah Pendapatan  Perpajakan  (3 s/d 10)
xxx
xxx
xx
xx

13
PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK





14
Pendapatan Sumber Daya Alam
250
275
xx
200

15
PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK





16
Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba
100
175
xx
75

17
Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya
150
100
xx
100

18
Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak  (14 s/d 16)
xxx
xxx
xx
xx

19
PENDAPATAN  HIBAH





20
Pendapatan Hibah
200
225
xx
175

21
Jumlah Pendapatan Hibah (20 s/d 20)

xxx
xx
xx

22
JUMLAH PENDAPATAN  (11 + 17 + 21)
xxx
xxx
xx
xx

23






24
BELANJA





25
BELANJA OPERASI





26
Belanja Pegawai
40
60
xx
50

27
Belanja Barang
50
75
xx
60

28
Bunga
10
25
xx
15

29
Subsidi
20
30
xx
25

30
Hibah
7
10
xx
15

31
Bantuan Sosial
10
15
xx
10

32
Belanja Lain-lain
15
10
xx
20

33
Jumlah Belanja Operasi  (26 s/d 32
xxx
xxx
xx
xx

34






35
BELANJA MODAL
xxx
xxx
xx
xx

36
Belanja Tanah
175
250
xx
200

37
Belanja Peralatan dan Mesin
100
175
xx
100

38
Belanja Gedung dan Bangunan
150
200
xx
150

39
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
75
100
xx
75

40
Belanja Aset Tetap Lainnya
100
100
xx
100

41
Belanja Aset Lainnya
75
75
xx
75

42
Jumlah Belanja Modal  (36 s/d 41)
xxx
xxx
xx
xx

43
JUMLAH BELANJA (33 + 42)
xxx
xxx
xx
xx

44






45
TRANSFER
xxx
xxx
xx
xx

46
DANA PERIMBANGAN





47
Dana Bagi Hasil Pajak
75
100
xx
90

48
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
120
140
xx
125

49
Dana Alokasi Umum
220
230
xx
240

50
Dana Alokasi Khusus
150
200
xx
175

51
Jumlah Dana Perimbangan  (47 s/d
xxx
xxx
xx
xx

52






53
TRANSFER LAINNYA (disesuaikan dengan program yang ada)
xxx
xxx
xx
xx

54
Dana Otonomi Khusus
150
180
xx
160

55
Dana Penyesuaian
50
75
xx
65

56
Jumlah Transfer  Lainnya (54 s/d 55)
xxx
xxx
xx
xx

57
JUMLAH TRANSFER (51 + 56)
xxx
xxx
xx
xx

58
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (43+57)
xxx
xxx
xx
xx

59
SURPLUS/DEFISIT  (22-58)
xxx
xxx
xx
xx

60






61






62
PEMBIAYAAN
xxx
xxx
xx
xx

63
PENERIMAAN
xxx
xxx
xx
xx

64
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
xxx
xxx
xx
xx

65
Penggunaan SiLPA
250
300
xx
250

66
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan
175
200
xx
175

67
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
150
200
xx
175

68
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
200
250
xx
225

69
Penerimaan dari Divestasi
125
150
xx
125

70
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara
125
175
xx
125

71
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
100
150
xx
100

72
Jumlah Penerimaa
xxx
xxx
xx
xx

73






74
PENERIMAAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI





75
Penerimaan Pinjaman Luar Negeri
250
230
xx
200

76
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Lembaga Internasional
200
225
xx
200

77
Jumlah Pembiayaan Luar Negeri (75 s/d 75)
xxx
xxx
xx
xx

78
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN (72 + 77)
xxx
xxx
xx
xx

79






80
PENGELUARAN





81
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI





82
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan
100
150
xx
100

83
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obliga
100
120
xx
80

84
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
150
200
xx
120

85
Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah (PMP)
175
200
xx
170

86
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara
75
120
xx
60

87
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
80
100
xx
70

88
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Dalam Negeri (82 s/d 87
xxx
xxx
xx
xx

89






90
PENGELUARAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI
xxx
xxx
xx
xx

91
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
150
200
xx
150

92
Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional
150
175
xx
150

93
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri (91 s/d 92)
xxx
xxx
xx
xx

94
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN (88 + 93)
xxx
xxx
xx
xx

95
PEMBIAYAAN NETO (78-94)
xxx
xxx
xx
xx










6. LAPORAN KEUANGAN
Cara   penyiapan   laporan   keuangan   yang   terbaik   adalah   mempersiapkan laporan laba rugi terlebih dahulu, disusul dengan laporan perubahan posisi keuangan dan terakhir adalah neraca. Elemen penting yang harus ada dalam laporan keuangan adalah: nama perusahaan, nama laporan, tanggal atau periode yang dicakup laporan, rangka laporan tersebut. laporan perubahan posisi keuangan dan neraca.
a)   Laporan   laba   rugi   mencerminkan   laba   bersih   atau   kerugian   bersih   yang diperoleh  dengan  mengurangkan  beban  dari  pendapatan.  Karena  pendapatan dan  beban  juga  merupakan  perkiraan  Laporan  Perubahan  Posisi  Keuangan, maka selisih antara pendapatan dan beban tersebut (laba/kerugian bersih) akan dipindahkan  kedalam  Laporan  Perubahan  Posisi  Keuangan.  Jika  diperhatikan, laba, bersih pada

b)   Modal  adalah  dalam  neraca,  jadi  nilai  sisa  akhir  dalam  Laporan  Perubahan Posisi   Keuangan   akan   dipindahkan   kedalam   neraca.   Nilai   ini   merupakan elemen keseimbangan yang paling akhir dalam neraca

7. JURNAL PENUTUP
Jurnal  Penutup  ialah  ayat  jurnal  yang  memindahkan  nilai  sisa  pendapatan, beban,  dan  pengambilan  pribadi  dari  masing-masing  perkiraan  ke  dalam  perkiraan modal.9
Pendapatan      yang    akan    menambah    modal    pemilik    dan   beban    serta pengambilan  pribadi  akan  mengurangi  modal  pemilik.  Pada  saat  ayat  penutup dipindah  bukukan  maka  perkiraan  modal  akan  menyerap  dampak  dari  nilai  sisa perkiraan   sementara   tersebut.   Walau   demikian,   pendapatan   dan   beban   akan dipindahkan  terlebih  dahulu  kedalam  perkiraan  yang  bernama  Ikhtisar  Laba  Rugi, yang  akan  mengumpulkan  jumlah  total  debet  dari  seluruh  jumlah  beban  dan  total kredit dari seluruh jumlah pendapatan pada periode tersebut. Perkiraan Ikhtisar lata rugi merupakan suatu "tempat penyimpanan" sementara yang akan digunakan pada proses   penutupan.   Kemudian   nilai   sisa   dari   Ikhtisar   laba   rugi   tersebut   akan dipindahkan kedalam modal. Langkah-langkah penutupan perkiraan suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
1)   Mendebet setiap          perkiraan       Pendapatan        sebesar    nilai     sisa      kreditnya. Mengkredit Ikhtisar laba rugi sebesar jumlah total pendapatan. Ayat jurnal ini memindahkan jumlah total pendapatan kedalam sisi kredit dari Ikhtisar laba rugi.
2)   Mengkredit  setiap  perkiraan  beban  sebesar  nilai  sisa  debetnya.  Mendebet Ikhtisar  laba  rugi  sebesar  jumlah  total  beban.  Ayat  jurnal  ini  memindahkan jumlah total beban ke dalam sisi debet dari Ikhtisar laba rugi.


3)   Mendebet  Ikhtisar  laba  rugi  sebesar  nilai  sisa  kreditnya  dan  mengkredit perkiraan modal.
4)   Mengkredit   perkiraan   Pengambilan   Pribadi   sebesar   nilai   sisa   debetnya. Mendebet perkiraan modal pemilik perusahaan.

8. NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN.
Siklus   akuntansi   akan   berakhir   dengan   neraca   saldo   setelah   penutupan.
Neraca   saldo   setelah   penutupan   adalah   pengujian   terakhir   mengenai   ketepatan penjurnalan  dan  pemindah  bukuan  ayat  jurnal  penyesuaian  dan  penutupan.  Seperti halnya  neraca  saldo  yang  terdapat  pada  awal  pembuatan  neraca  lajur,  neraca  saldo setelah penutupan adalah daftar seluruh perkiraan dengan nilai sisanya. Langkah ini dilakukan  untuk  meyakinkan  bahwa  buku  besar  berada  pada  posisi  yang  seimbang untuk memulai periode akuntansi berikutnya. Neraca saldo setelah penutupan diberi tanggal perakhir periode akuntansi dimana laporan tersebut dibuat.
Isi  perkiraan  Neraca  adalah  nilai  sisa  akhir  dari  daftar  permanen  yaitu perkiraan neraca: aktiva, kewajiban dan modal. Didalamnya tidak termasuk perkiraan sementara,  seperti  perkiraan  pendapatan,  beban  atau  pengambilan  pribadi,  karena nilai sisa perkiraan tersebut telah ditutup (gambar 8).


7. JURNAL PENUTUP
Jurnal  Penutup  ialah  ayat  jurnal  yang  memindahkan  nilai  sisa  pendapatan, beban,  dan  pengambilan  pribadi  dari  masing-masing  perkiraan  ke  dalam  perkiraan modal.9
Pendapatan      yang    akan    menambah    modal    pemilik    dan   beban    serta pengambilan  pribadi  akan  mengurangi  modal  pemilik.  Pada  saat  ayat  penutup dipindah  bukukan  maka  perkiraan  modal  akan  menyerap  dampak  dari  nilai  sisa perkiraan   sementara   tersebut.   Walau   demikian,   pendapatan   dan   beban   akan dipindahkan  terlebih  dahulu  kedalam  perkiraan  yang  bernama  Ikhtisar  Laba  Rugi, yang  akan  mengumpulkan  jumlah  total  debet  dari  seluruh  jumlah  beban  dan  total kredit dari seluruh jumlah pendapatan pada periode tersebut. Perkiraan Ikhtisar lata rugi merupakan suatu "tempat penyimpanan" sementara yang akan digunakan pada proses   penutupan.   Kemudian   nilai   sisa   dari   Ikhtisar   laba   rugi   tersebut   akan dipindahkan kedalam modal. Langkah-langkah penutupan perkiraan suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
1)   Mendebet setiap          perkiraan       Pendapatan        sebesar    nilai     sisa      kreditnya. Mengkredit Ikhtisar laba rugi sebesar jumlah total pendapatan. Ayat jurnal ini memindahkan jumlah total pendapatan kedalam sisi kredit dari Ikhtisar laba rugi.
2)   Mengkredit  setiap  perkiraan  beban  sebesar  nilai  sisa  debetnya.  Mendebet Ikhtisar  laba  rugi  sebesar  jumlah  total  beban.  Ayat  jurnal  ini  memindahkan jumlah total beban ke dalam sisi debet dari Ikhtisar laba rugi.


ILUSTRASI FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
PEMERINTAH PUSAT





No
Uraian
2010
2009
Anggaran
Realisasi
Presentase
Realisasi
1
PENDAPATAN
500
520

475
2
PENDAPATAN PERPAJAKAN




3
Pendapatan Pajak Penghasilan
200
225
xx
175
4
Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah
450
400
xx
400
5





6
Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan
250
225
xx
200
7
Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
200
210
xx
175
8
Pendapatan Cukai
250
225
xx
200
9
Pendapatan Bea Masuk
150
100
xx
125
10
Pendapatan Pajak Ekspor
200
175
xx
180
11
Pendapatan Pajak Lainnya
175
150
xx
150
12
Jumlah Pendapatan  Perpajakan  (3 s/d 10)
xxx
xxx
xx
xx
13
PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK




14
Pendapatan Sumber Daya Alam
250
275
xx
200
15
PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK




16
Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba
100
175
xx
75
17
Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya
150
100
xx
100
18
Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak  (14 s/d 16)
xxx
xxx
xx
xx
19
PENDAPATAN  HIBAH




20
Pendapatan Hibah
200
225
xx
175
21
Jumlah Pendapatan Hibah (20 s/d 20)

xxx
xx
xx
22
JUMLAH PENDAPATAN  (11 + 17 + 21)
xxx
xxx
xx
xx
23





24
BELANJA




25
BELANJA OPERASI




26
Belanja Pegawai
40
60
xx
50
27
Belanja Barang
50
75
xx
60
28
Bunga
10
25
xx
15
29
Subsidi
20
30
xx
25
30
Hibah
7
10
xx
15
31
Bantuan Sosial
10
15
xx
10
32
Belanja Lain-lain
15
10
xx
20
33
Jumlah Belanja Operasi  (26 s/d 32
xxx
xxx
xx
xx
34





35
BELANJA MODAL
xxx
xxx
xx
xx
36
Belanja Tanah
175
250
xx
200
37
Belanja Peralatan dan Mesin
100
175
xx
100
38
Belanja Gedung dan Bangunan
150
200
xx
150
39
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
75
100
xx
75
40
Belanja Aset Tetap Lainnya
100
100
xx
100
41
Belanja Aset Lainnya
75
75
xx
75
42
Jumlah Belanja Modal  (36 s/d 41)
xxx
xxx
xx
xx
43
JUMLAH BELANJA (33 + 42)
xxx
xxx
xx
xx
44





45
TRANSFER
xxx
xxx
xx
xx
46
DANA PERIMBANGAN




47
Dana Bagi Hasil Pajak
75
100
xx
90
48
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
120
140
xx
125
49
Dana Alokasi Umum
220
230
xx
240
50
Dana Alokasi Khusus
150
200
xx
175
51
Jumlah Dana Perimbangan  (47 s/d
xxx
xxx
xx
xx
52





53
TRANSFER LAINNYA (disesuaikan dengan program yang ada)
xxx
xxx
xx
xx
54
Dana Otonomi Khusus
150
180
xx
160
55
Dana Penyesuaian
50
75
xx
65
56
Jumlah Transfer  Lainnya (54 s/d 55)
xxx
xxx
xx
xx
57
JUMLAH TRANSFER (51 + 56)
xxx
xxx
xx
xx
58
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (43+57)
xxx
xxx
xx
xx
59
SURPLUS/DEFISIT  (22-58)
xxx
xxx
xx
xx
60





61





62
PEMBIAYAAN
xxx
xxx
xx
xx
63
PENERIMAAN
xxx
xxx
xx
xx
64
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
xxx
xxx
xx
xx
65
Penggunaan SiLPA
250
300
xx
250
66
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan
175
200
xx
175
67
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
150
200
xx
175
68
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
200
250
xx
225
69
Penerimaan dari Divestasi
125
150
xx
125
70
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara
125
175
xx
125
71
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
100
150
xx
100
72
Jumlah Penerimaa
xxx
xxx
xx
xx
73





74
PENERIMAAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI




75
Penerimaan Pinjaman Luar Negeri
250
230
xx
200
76
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Lembaga Internasional
200
225
xx
200
77
Jumlah Pembiayaan Luar Negeri (75 s/d 75)
xxx
xxx
xx
xx
78
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN (72 + 77)
xxx
xxx
xx
xx
79





80
PENGELUARAN




81
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI




82
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan
100
150
xx
100
83
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obliga
100
120
xx
80
84
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
150
200
xx
120
85
Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah (PMP)
175
200
xx
170
86
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara
75
120
xx
60
87
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
80
100
xx
70
88
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Dalam Negeri (82 s/d 87
xxx
xxx
xx
xx
89





90
PENGELUARAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI
xxx
xxx
xx
xx
91
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
150
200
xx
150
92
Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional
150
175
xx
150
93
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri (91 s/d 92)
xxx
xxx
xx
xx
94
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN (88 + 93)
xxx
xxx
xx
xx
95
PEMBIAYAAN NETO (78-94)
xxx
xxx
xx
xx

2 komentar: