1. TRANSAKSI
Transaksi usaha adalah kejadian yang dapat mempengaruhi posisi
keuangan dari suatu badan usaha dan
juga
sebagai
hal
yang
handal/wajar untuk dicatat.3
Transaksi ini biasanya dibuktikan dengan adanya dokumen.
Sebagai contoh
transaksi yang dapat
terjadi dalam suatu
perusahaan adalah: pembayaran
rekening
telepon
bulanan,
pembelian barang dagangan secara
kredit,
pembelian tanah dan gedung, dan lain
sebagainya.
Suatu transaksi
tertentu
dapat
menimbulkan
peristiwa
atau
keadaan
yang
mengakibatkan transaksi lainnya.
Misalnya, pembelian barang dagangan secara kredit akan disusul dengan transaksi
lainnya, yaitu pembayaran kepada
kreditor.
2. PEMBUATAN BUKTI ASLI.
Sebagaimana disebutkan diatas transaksi yang
terjadi
biasanya dibuktikan
dengan adanya
dokumen. Suatu
transaksi baru dikatakan sah
atau
benar
bila didukung oleh bukti-
bukti
yang
sah,
akan
tetapi harus pula disadari bahwa ada
transaksi-transaksi yang
tidak
mempunyai
bukti
secara
tertulis,
misalnya
pencurian
barang dagangan. Transaksi ini merupakan transaksi yang bersifat luar biasa.
Semua transaksi
baik
yang terjadi secara rutin atau tidak merupakan
bahan
untuk menyusun laporan keuangan
dengan jalan mencatat dan mengolah transaksi itu lebih
lanjut.
Bukti-bukti asli yang
dapat
mendukung
setiap
terjadinya transaksinya transaksi antara
lain : kwitansi, faktur dan bentuk
– bentuk lain.4
Kwitansi
Kwitansi merupakan
bukti
bahwa
seseorang atau
badan hukum
telah menerima
sejumlah uang tunai.
Faktur Penjualan atau Pembelian
Setiap penjualan
secara kredit memerlukan bukti yang disebut faktur. Bagi si penjual faktur tersebut
merupakan faktur penjualan sebaliknya faktur yang dikirimkan kepada sipembeli
merupakan faktur pembelian.
Bukti-bukti lain
Disamping kwitansi dan faktur
terdapat
bukti
lain,
misalnya:
nota-nota
dari
Bank (nota debet atau nota kredit) , serta bukti pengirirnan atau penerimaan barang
3. PENCATATAN
DALAM BUKU HARIAN (JURNAL).
Transaksi dicatat pertama kali yang disebut
Buku
Harian
(Jurnal).
Jurnal
adalah suatu catatan kronologis
dari transaksi entitas.5
Sebagaimana di
tunjukkan oleh
nama-nma kolom, jurnal
memberikan
informasi berikut:
Tanggal, merupakan hal yang
sangat
penting
karena
memungkinkan
kapan
terjadinya
transaksi
Nama perkiraan.
Kolom debet, menunjukkan jumlah yang didebet
Kolom kredit, menunjukkan jumlah yang dikredit.
Proses pencatatan mengikuti
lima langkah berikut ini:
a) Mengidentifikasikan
transaksi
dari
dokumen
sumbernya,
misalnya
dari
slip
deposito bank, penerimaan penjualan
dan cek.
b) Menentukan
setiap
perkiraan
yang
dipengaruhi oleh transaksi tersebut dan mengklasifikasikan berdasarkan jenisnya
(aktiva, kewajiban atau modal).
c) Menetapkan apakah setiap perkiraan
tersebut
mengalami penambahan
atau
pengurangan yang disebabkan oleh transaksi itu.
d) Menetapkan
apakah harus mendebet atau mengkredit perkiraan. e) Memasukkan transaksi tersebut kedalam jurnal.
4. PENCATATAN
BUKU BESAR DAN BUKU TAMBAHAN. a. Buku Besar (Ledger)
Untuk memudahkan
menyusun informasi yang akan diberikan kepada pihak-
pihak yang memerlukannya terutama pimpinan perusahaan rnaka
perkiraan- perkiraan yang
sudah
dihimpun didalam buku harian
tersebut
harus
pula
dipisah-
pisahkan atau digolongkan menurut jenisnya. Menggolongkan perkiraan
menurut jenis perkiraan tersebut
dinamakan
menyusun buku besar besar itu merupakan
penggolongan perkiraan menurut
jenisnya.
Jumlah buku besar yang dimiliki perusahaan tergantung pada banyaknya jenis perkiraan yang ditimbulkan
oleh
transaksi-transaksi perusahaan tersebut,
karena
masing-masing jenis besarnya
sendiri- sendiri.
Judul kolom
yang
mengidentifikasikan
perkiraan
buku
besar
menampilkan:
Tanggal, Kolom item, Kolom debet,
berisi jumlah yang didebet, dan Kolom kredit, berisi jumlah yang dikredit.
Pemindah bukuan perkiraan
memiliki buku berarti memindahkan
jumlah dari jurnal kedalam
perkiraan yang
sesuai
dalam
buku
besar.
Debet
dalam
jurnal dipindahkan sebagai debet dibuku besar, dan kredit dalam jurnal dipindahkan sebagai kredit dalam buku
besar
b. Buku Tambahan
(Sub Ledger)
Beberapa perkiraan memerlukan penjelasan secara terperinci untuk mendukung
pas-pas
Neraca
dan
Perhitungan
Laba-Rugi.
Pada
perkiraan
piutang
diperlukan penjelasan kepada
siapa
kita
berpiutang
(nama
langganan)
dan
berapa
saldo masing-masing langganan. Pada perkiraan hutang diperlukan penjelasan kepada siapa kita berhutang (nama
kreditur) dan berapa saldo masing-masing kreditur.
Untuk mengetahui perubahan saldo
dari tiap-tiap langganan/ kreditur dibukalah perkiraan
untuk
tiap langganan/kreditur. Kumpulan
yang
dari
terpisah
perkiraan ini disebut buku besar
tambahan
(buku
tambahan) . Perkiraan masing-masing langganan yang
membentuk buku
besar
tambahan
disebut
buku
besar langganan (buku besar
piutang).
Demikian
juga
perkiraan
masing-masing kreditor yang membentuk
buku
besar
tambahan disebut buku besar
kreditor
(buku
besar
hutang).
Perkiraan piutang dalam buku besar umum merupakan ikhtisar dari perkiraan-
perkiraan buku
besar
tambahan, sehingga perkiraan piutang itu disebut
perkiraan
kontrol (Controlling accounts)
yang mengontrol buku besar piutang. Demikian juga halnya dengan perkiraan hutang.
Sumber pencatatan buku tambahan
adalah
dari
buku
controlling
(perincian) piutang dan hutang tahun
lalu dan transaksi, sehingga apabila digambarkan tampak
seperti yang terdapat pada gambar 3.
5. NERACA LAJUR
Setelah seluruh
transaksi selama periode dibukukan di buku besar, dihitung.
Setiap saldo
masing-masing perkiraan dapat perkiraan akan
memiliki saldo debet,
kredit, atau nol. Neraca saldo adalah suatu daftar dari saldo-saldo perkiraan
ini, dan karenanya menunjukkan
apakah
total
debet
sama dengan total kredit.
Jadi
suatu
neraca saldo merupakan
suatu alat untuk mengecek atas kecermatan pencatatan dan pembukuan.
.
Dalam neraca saldo terdapat
hampir semua perkiraan
pendapatan dan beban perusahaan. Dikatakan hampir semua, karena masih ada pendapatan dan beban yang mempunyai pengaruh lebih dari
satu
periode
akuntansi.
Itulah
sebabnya neraca ini disebut dengan neraca saldo yang
belum
disesuaikan. Untuk itu diperlukan
jurnal penyesuaian.
Jurnal penyesuaian
adalah ayat jurnal yang dibuat pada akhir periode
untuk menempatkan pendapatan pada periode dimana pendapatan tersebut dihasilkan dan
beban pada periode dimana beban itu
terjadi.
Jurnal penyesuaian
akan
membuat
pengukuran laba periode
tersebut
lebih
akurat dan memperbaharui perkiraan Aktiva dan Kewajiban
sehingga memiliki nilai
sisa yang tepat bagi laporan keuangan. Dengan kata lain, melalui jurnal penyesuaian
dapat ditimbulkan perkiraan yang
tidak kelihatan.
Perkiraan-perkiraan yang memerlukan penyesuaian antara lain ialah:
1. Biaya-biaya yang masih harus dibayar
2. Pendapatan yang masih
harus diterirna
3. Biaya-biaya yang dibayar lebih dahulu
4. Pendapatan yang diterima lebih dahulu
5. Penyusutan bangunan, mesin-mesin dan lain-lain
6. Pemakaian perlengkapan (office supplies dan
store supplies)
7. Kemungkinan
piutang tidak dapat tertagih
8. Persediaan Barang dagangan.8
Untuk mencatat
pendapatan jasa diterima dimuka yang dapat diakui
Sebagai
pendapatan.
ILUSTRASI FORMAT LAPORAN REALISASI
ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT
|
|||||||
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
|
|||||||
PEMERINTAH PUSAT
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
||
No
|
Uraian
|
2010
|
2009
|
||||
Anggaran
|
Realisasi
|
Presentase
|
Realisasi
|
||||
1
|
PENDAPATAN
|
500
|
520
|
|
475
|
||
2
|
PENDAPATAN PERPAJAKAN
|
|
|
|
|
||
3
|
Pendapatan Pajak Penghasilan
|
200
|
225
|
xx
|
175
|
||
4
|
Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah
|
450
|
400
|
xx
|
400
|
||
5
|
|
|
|
|
|
||
6
|
Pendapatan Pajak Bumi dan
Bangunan
|
250
|
225
|
xx
|
200
|
||
7
|
Pendapatan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan
|
200
|
210
|
xx
|
175
|
||
8
|
Pendapatan Cukai
|
250
|
225
|
xx
|
200
|
||
9
|
Pendapatan Bea Masuk
|
150
|
100
|
xx
|
125
|
||
10
|
Pendapatan Pajak Ekspor
|
200
|
175
|
xx
|
180
|
||
11
|
Pendapatan Pajak Lainnya
|
175
|
150
|
xx
|
150
|
||
12
|
Jumlah Pendapatan Perpajakan
(3 s/d 10)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
13
|
PENDAPATAN NEGARA
BUKAN PAJAK
|
|
|
|
|
||
14
|
Pendapatan Sumber Daya Alam
|
250
|
275
|
xx
|
200
|
||
15
|
PENDAPATAN NEGARA
BUKAN PAJAK
|
|
|
|
|
||
16
|
Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba
|
100
|
175
|
xx
|
75
|
||
17
|
Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya
|
150
|
100
|
xx
|
100
|
||
18
|
Jumlah Pendapatan
Negara Bukan Pajak (14 s/d 16)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
19
|
PENDAPATAN HIBAH
|
|
|
|
|
||
20
|
Pendapatan Hibah
|
200
|
225
|
xx
|
175
|
||
21
|
Jumlah Pendapatan Hibah
(20 s/d 20)
|
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
22
|
JUMLAH PENDAPATAN (11 +
17 + 21)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
23
|
|
|
|
|
|
||
24
|
BELANJA
|
|
|
|
|
||
25
|
BELANJA OPERASI
|
|
|
|
|
||
26
|
Belanja Pegawai
|
40
|
60
|
xx
|
50
|
||
27
|
Belanja Barang
|
50
|
75
|
xx
|
60
|
||
28
|
Bunga
|
10
|
25
|
xx
|
15
|
||
29
|
Subsidi
|
20
|
30
|
xx
|
25
|
||
30
|
Hibah
|
7
|
10
|
xx
|
15
|
||
31
|
Bantuan Sosial
|
10
|
15
|
xx
|
10
|
||
32
|
Belanja Lain-lain
|
15
|
10
|
xx
|
20
|
||
33
|
Jumlah Belanja
Operasi (26 s/d 32
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
34
|
|
|
|
|
|
||
35
|
BELANJA MODAL
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
36
|
Belanja Tanah
|
175
|
250
|
xx
|
200
|
||
37
|
Belanja Peralatan dan Mesin
|
100
|
175
|
xx
|
100
|
||
38
|
Belanja Gedung dan Bangunan
|
150
|
200
|
xx
|
150
|
||
39
|
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
|
75
|
100
|
xx
|
75
|
||
40
|
Belanja Aset Tetap Lainnya
|
100
|
100
|
xx
|
100
|
||
41
|
Belanja Aset Lainnya
|
75
|
75
|
xx
|
75
|
||
42
|
Jumlah Belanja
Modal (36 s/d 41)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
43
|
JUMLAH BELANJA (33 + 42)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
44
|
|
|
|
|
|
||
45
|
TRANSFER
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
46
|
DANA PERIMBANGAN
|
|
|
|
|
||
47
|
Dana Bagi Hasil Pajak
|
75
|
100
|
xx
|
90
|
||
48
|
Dana Bagi Hasil Sumber
Daya Alam
|
120
|
140
|
xx
|
125
|
||
49
|
Dana Alokasi Umum
|
220
|
230
|
xx
|
240
|
||
50
|
Dana Alokasi Khusus
|
150
|
200
|
xx
|
175
|
||
51
|
Jumlah Dana
Perimbangan (47 s/d
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
52
|
|
|
|
|
|
||
53
|
TRANSFER LAINNYA
(disesuaikan dengan program yang ada)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
54
|
Dana Otonomi Khusus
|
150
|
180
|
xx
|
160
|
||
55
|
Dana Penyesuaian
|
50
|
75
|
xx
|
65
|
||
56
|
Jumlah Transfer Lainnya (54 s/d 55)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
57
|
JUMLAH TRANSFER (51 + 56)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
58
|
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (43+57)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
59
|
SURPLUS/DEFISIT (22-58)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
60
|
|
|
|
|
|
||
61
|
|
|
|
|
|
||
62
|
PEMBIAYAAN
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
63
|
PENERIMAAN
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
64
|
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
DALAM NEGERI
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
65
|
Penggunaan SiLPA
|
250
|
300
|
xx
|
250
|
||
66
|
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan
|
175
|
200
|
xx
|
175
|
||
67
|
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
|
150
|
200
|
xx
|
175
|
||
68
|
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
|
200
|
250
|
xx
|
225
|
||
69
|
Penerimaan dari Divestasi
|
125
|
150
|
xx
|
125
|
||
70
|
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara
|
125
|
175
|
xx
|
125
|
||
71
|
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
|
100
|
150
|
xx
|
100
|
||
72
|
Jumlah Penerimaa
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
73
|
|
|
|
|
|
||
74
|
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
LUAR NEGERI
|
|
|
|
|
||
75
|
Penerimaan Pinjaman Luar Negeri
|
250
|
230
|
xx
|
200
|
||
76
|
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Lembaga Internasional
|
200
|
225
|
xx
|
200
|
||
77
|
Jumlah Pembiayaan Luar
Negeri (75 s/d 75)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
78
|
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN (72 + 77)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
79
|
|
|
|
|
|
||
80
|
PENGELUARAN
|
|
|
|
|
||
81
|
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
DALAM NEGERI
|
|
|
|
|
||
82
|
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan
|
100
|
150
|
xx
|
100
|
||
83
|
Pembayaran Pokok
Pinjaman Dalam Negeri - Obliga
|
100
|
120
|
xx
|
80
|
||
84
|
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
|
150
|
200
|
xx
|
120
|
||
85
|
Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah (PMP)
|
175
|
200
|
xx
|
170
|
||
86
|
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara
|
75
|
120
|
xx
|
60
|
||
87
|
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
|
80
|
100
|
xx
|
70
|
||
88
|
Jumlah Pengeluaran
Pembiayaan Dalam Negeri (82 s/d 87
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
89
|
|
|
|
|
|
||
90
|
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
LUAR NEGERI
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
91
|
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
|
150
|
200
|
xx
|
150
|
||
92
|
Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional
|
150
|
175
|
xx
|
150
|
||
93
|
Jumlah Pengeluaran
Pembiayaan Luar Negeri (91 s/d 92)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
94
|
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN (88 + 93)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
95
|
PEMBIAYAAN NETO (78-94)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
||
6.
LAPORAN KEUANGAN
Cara penyiapan laporan
keuangan yang terbaik
adalah
mempersiapkan laporan laba rugi terlebih
dahulu, disusul dengan laporan perubahan posisi keuangan
dan terakhir adalah neraca.
Elemen penting yang harus ada dalam laporan
keuangan adalah: nama perusahaan, nama laporan,
tanggal atau periode
yang dicakup laporan, rangka laporan tersebut. laporan perubahan posisi keuangan dan neraca.
a) Laporan laba
rugi
mencerminkan laba
bersih
atau
kerugian bersih
yang diperoleh dengan mengurangkan beban dari
pendapatan.
Karena
pendapatan
dan beban
juga
merupakan perkiraan Laporan Perubahan
Posisi
Keuangan,
maka
selisih antara pendapatan dan beban tersebut (laba/kerugian bersih) akan
dipindahkan kedalam Laporan Perubahan
Posisi Keuangan. Jika diperhatikan,
laba, bersih pada
b) Modal
adalah dalam neraca, jadi nilai
sisa
akhir
dalam
Laporan
Perubahan
Posisi Keuangan akan
dipindahkan kedalam
neraca.
Nilai
ini
merupakan
elemen keseimbangan yang paling akhir dalam neraca
7. JURNAL PENUTUP
Jurnal Penutup ialah ayat
jurnal
yang
memindahkan
nilai
sisa
pendapatan,
beban, dan pengambilan
pribadi
dari
masing-masing perkiraan ke
dalam
perkiraan
modal.9
Pendapatan yang akan menambah modal pemilik dan beban serta
pengambilan pribadi akan mengurangi
modal pemilik.
Pada
saat
ayat penutup
dipindah bukukan maka perkiraan
modal akan menyerap
dampak
dari
nilai
sisa
perkiraan sementara tersebut. Walau demikian,
pendapatan dan
beban
akan dipindahkan terlebih
dahulu
kedalam
perkiraan
yang
bernama Ikhtisar Laba Rugi,
yang akan mengumpulkan
jumlah
total
debet dari seluruh jumlah beban
dan
total
kredit dari seluruh jumlah pendapatan pada periode tersebut.
Perkiraan Ikhtisar lata rugi merupakan suatu
"tempat penyimpanan" sementara yang akan digunakan pada proses penutupan. Kemudian nilai
sisa
dari Ikhtisar
laba
rugi tersebut akan
dipindahkan kedalam modal.
Langkah-langkah penutupan perkiraan suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
1) Mendebet setiap perkiraan Pendapatan sebesar nilai sisa kreditnya.
Mengkredit Ikhtisar laba rugi sebesar jumlah total pendapatan. Ayat jurnal ini memindahkan
jumlah total pendapatan kedalam sisi kredit dari Ikhtisar laba rugi.
2) Mengkredit
setiap
perkiraan
beban
sebesar
nilai
sisa
debetnya.
Mendebet
Ikhtisar laba rugi sebesar
jumlah
total
beban.
Ayat
jurnal ini
memindahkan
jumlah
total beban ke dalam sisi debet dari
Ikhtisar laba rugi.
3) Mendebet Ikhtisar laba
rugi
sebesar
nilai
sisa
kreditnya
dan
mengkredit perkiraan modal.
4) Mengkredit perkiraan Pengambilan Pribadi sebesar
nilai
sisa
debetnya. Mendebet perkiraan
modal
pemilik perusahaan.
8.
NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN.
Siklus akuntansi akan
berakhir dengan
neraca
saldo
setelah
penutupan.
Neraca saldo setelah penutupan adalah
pengujian terakhir mengenai ketepatan penjurnalan dan
pemindah
bukuan
ayat
jurnal penyesuaian dan penutupan.
Seperti
halnya neraca saldo yang
terdapat
pada
awal pembuatan
neraca
lajur,
neraca
saldo
setelah penutupan adalah daftar seluruh
perkiraan dengan nilai sisanya. Langkah
ini dilakukan untuk meyakinkan
bahwa
buku
besar
berada
pada
posisi
yang
seimbang untuk memulai periode akuntansi
berikutnya. Neraca saldo
setelah penutupan diberi tanggal perakhir periode akuntansi
dimana
laporan tersebut dibuat.
Isi perkiraan Neraca adalah
nilai
sisa
akhir
dari
daftar permanen
yaitu
perkiraan neraca: aktiva, kewajiban dan modal. Didalamnya tidak termasuk perkiraan
sementara, seperti perkiraan pendapatan, beban atau
pengambilan
pribadi,
karena
nilai sisa perkiraan tersebut telah ditutup (gambar 8).
7. JURNAL PENUTUP
Jurnal Penutup ialah ayat
jurnal
yang
memindahkan
nilai
sisa
pendapatan,
beban, dan pengambilan
pribadi
dari
masing-masing perkiraan ke
dalam
perkiraan
modal.9
Pendapatan yang akan menambah modal pemilik dan beban serta
pengambilan pribadi akan mengurangi
modal pemilik.
Pada
saat
ayat penutup
dipindah bukukan maka perkiraan
modal akan menyerap
dampak
dari
nilai
sisa
perkiraan sementara tersebut. Walau demikian,
pendapatan dan
beban
akan dipindahkan terlebih
dahulu
kedalam
perkiraan
yang
bernama Ikhtisar Laba Rugi,
yang akan mengumpulkan
jumlah
total
debet dari seluruh jumlah beban
dan
total
kredit dari seluruh jumlah pendapatan pada periode tersebut.
Perkiraan Ikhtisar lata rugi merupakan suatu
"tempat penyimpanan" sementara yang akan digunakan pada proses penutupan. Kemudian nilai
sisa
dari Ikhtisar
laba
rugi tersebut akan
dipindahkan kedalam modal.
Langkah-langkah penutupan perkiraan suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
1) Mendebet setiap perkiraan Pendapatan sebesar nilai sisa kreditnya.
Mengkredit Ikhtisar laba rugi sebesar jumlah total pendapatan. Ayat jurnal ini memindahkan
jumlah total pendapatan kedalam sisi kredit dari Ikhtisar laba rugi.
2) Mengkredit
setiap
perkiraan
beban
sebesar
nilai
sisa
debetnya.
Mendebet
Ikhtisar laba rugi sebesar
jumlah
total
beban.
Ayat
jurnal ini
memindahkan
jumlah
total beban ke dalam sisi debet dari
Ikhtisar laba rugi.
ILUSTRASI FORMAT LAPORAN REALISASI
ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT
|
||||||
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
|
||||||
PEMERINTAH PUSAT
|
||||||
|
|
|
|
|
||
No
|
Uraian
|
2010
|
2009
|
|||
Anggaran
|
Realisasi
|
Presentase
|
Realisasi
|
|||
1
|
PENDAPATAN
|
500
|
520
|
|
475
|
|
2
|
PENDAPATAN PERPAJAKAN
|
|
|
|
|
|
3
|
Pendapatan Pajak Penghasilan
|
200
|
225
|
xx
|
175
|
|
4
|
Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah
|
450
|
400
|
xx
|
400
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan
|
250
|
225
|
xx
|
200
|
|
7
|
Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
|
200
|
210
|
xx
|
175
|
|
8
|
Pendapatan Cukai
|
250
|
225
|
xx
|
200
|
|
9
|
Pendapatan Bea Masuk
|
150
|
100
|
xx
|
125
|
|
10
|
Pendapatan Pajak Ekspor
|
200
|
175
|
xx
|
180
|
|
11
|
Pendapatan Pajak Lainnya
|
175
|
150
|
xx
|
150
|
|
12
|
Jumlah Pendapatan Perpajakan
(3 s/d 10)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
13
|
PENDAPATAN NEGARA
BUKAN PAJAK
|
|
|
|
|
|
14
|
Pendapatan Sumber Daya Alam
|
250
|
275
|
xx
|
200
|
|
15
|
PENDAPATAN NEGARA
BUKAN PAJAK
|
|
|
|
|
|
16
|
Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba
|
100
|
175
|
xx
|
75
|
|
17
|
Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya
|
150
|
100
|
xx
|
100
|
|
18
|
Jumlah Pendapatan
Negara Bukan Pajak (14 s/d 16)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
19
|
PENDAPATAN HIBAH
|
|
|
|
|
|
20
|
Pendapatan Hibah
|
200
|
225
|
xx
|
175
|
|
21
|
Jumlah Pendapatan Hibah
(20 s/d 20)
|
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
22
|
JUMLAH PENDAPATAN (11 +
17 + 21)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
23
|
|
|
|
|
|
|
24
|
BELANJA
|
|
|
|
|
|
25
|
BELANJA OPERASI
|
|
|
|
|
|
26
|
Belanja Pegawai
|
40
|
60
|
xx
|
50
|
|
27
|
Belanja Barang
|
50
|
75
|
xx
|
60
|
|
28
|
Bunga
|
10
|
25
|
xx
|
15
|
|
29
|
Subsidi
|
20
|
30
|
xx
|
25
|
|
30
|
Hibah
|
7
|
10
|
xx
|
15
|
|
31
|
Bantuan Sosial
|
10
|
15
|
xx
|
10
|
|
32
|
Belanja Lain-lain
|
15
|
10
|
xx
|
20
|
|
33
|
Jumlah Belanja
Operasi (26 s/d 32
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
34
|
|
|
|
|
|
|
35
|
BELANJA MODAL
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
36
|
Belanja Tanah
|
175
|
250
|
xx
|
200
|
|
37
|
Belanja Peralatan dan Mesin
|
100
|
175
|
xx
|
100
|
|
38
|
Belanja Gedung dan Bangunan
|
150
|
200
|
xx
|
150
|
|
39
|
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
|
75
|
100
|
xx
|
75
|
|
40
|
Belanja Aset Tetap Lainnya
|
100
|
100
|
xx
|
100
|
|
41
|
Belanja Aset Lainnya
|
75
|
75
|
xx
|
75
|
|
42
|
Jumlah Belanja
Modal (36 s/d 41)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
43
|
JUMLAH BELANJA (33 + 42)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
44
|
|
|
|
|
|
|
45
|
TRANSFER
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
46
|
DANA PERIMBANGAN
|
|
|
|
|
|
47
|
Dana Bagi Hasil Pajak
|
75
|
100
|
xx
|
90
|
|
48
|
Dana Bagi Hasil Sumber
Daya Alam
|
120
|
140
|
xx
|
125
|
|
49
|
Dana Alokasi Umum
|
220
|
230
|
xx
|
240
|
|
50
|
Dana Alokasi Khusus
|
150
|
200
|
xx
|
175
|
|
51
|
Jumlah Dana
Perimbangan (47 s/d
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
52
|
|
|
|
|
|
|
53
|
TRANSFER LAINNYA
(disesuaikan dengan program yang ada)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
54
|
Dana Otonomi Khusus
|
150
|
180
|
xx
|
160
|
|
55
|
Dana Penyesuaian
|
50
|
75
|
xx
|
65
|
|
56
|
Jumlah Transfer Lainnya (54 s/d 55)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
57
|
JUMLAH TRANSFER (51 + 56)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
58
|
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (43+57)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
59
|
SURPLUS/DEFISIT (22-58)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
60
|
|
|
|
|
|
|
61
|
|
|
|
|
|
|
62
|
PEMBIAYAAN
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
63
|
PENERIMAAN
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
64
|
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
DALAM NEGERI
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
65
|
Penggunaan SiLPA
|
250
|
300
|
xx
|
250
|
|
66
|
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan
|
175
|
200
|
xx
|
175
|
|
67
|
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
|
150
|
200
|
xx
|
175
|
|
68
|
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
|
200
|
250
|
xx
|
225
|
|
69
|
Penerimaan dari Divestasi
|
125
|
150
|
xx
|
125
|
|
70
|
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara
|
125
|
175
|
xx
|
125
|
|
71
|
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
|
100
|
150
|
xx
|
100
|
|
72
|
Jumlah Penerimaa
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
73
|
|
|
|
|
|
|
74
|
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
LUAR NEGERI
|
|
|
|
|
|
75
|
Penerimaan Pinjaman Luar Negeri
|
250
|
230
|
xx
|
200
|
|
76
|
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Lembaga Internasional
|
200
|
225
|
xx
|
200
|
|
77
|
Jumlah Pembiayaan Luar
Negeri (75 s/d 75)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
78
|
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN (72 + 77)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
79
|
|
|
|
|
|
|
80
|
PENGELUARAN
|
|
|
|
|
|
81
|
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
DALAM NEGERI
|
|
|
|
|
|
82
|
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan
|
100
|
150
|
xx
|
100
|
|
83
|
Pembayaran Pokok
Pinjaman Dalam Negeri - Obliga
|
100
|
120
|
xx
|
80
|
|
84
|
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
|
150
|
200
|
xx
|
120
|
|
85
|
Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah (PMP)
|
175
|
200
|
xx
|
170
|
|
86
|
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara
|
75
|
120
|
xx
|
60
|
|
87
|
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
|
80
|
100
|
xx
|
70
|
|
88
|
Jumlah Pengeluaran
Pembiayaan Dalam Negeri (82 s/d 87
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
89
|
|
|
|
|
|
|
90
|
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
LUAR NEGERI
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
91
|
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
|
150
|
200
|
xx
|
150
|
|
92
|
Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional
|
150
|
175
|
xx
|
150
|
|
93
|
Jumlah Pengeluaran
Pembiayaan Luar Negeri (91 s/d 92)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
94
|
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN (88 + 93)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
|
95
|
PEMBIAYAAN NETO (78-94)
|
xxx
|
xxx
|
xx
|
xx
|
Bisa gak ya saya pintar akuntansi?
BalasHapusTerimakasih banyak
insya allah kalau kita mau dan niat pasti bisa
Hapus